Mendengar
suara bapak, laksana aku bisa berhadapan dengannya. Pak, andai aku
masih balita, pasti aku tak akan meninggalkan rumah dan hidup bersama
ditengah-tengah mama dan bapak. Tapi aku sadar kewajibanku sebagai
seorang pelajar yang harus mencari ilmu di kota pelajar. Rindu
rasanya aku kepada mereka, tapi apa daya jika jarak memisahkan. Tapi
hatiku selalu terpaut pada mereka. Ma, pak, aku selalu menghadirkan
kalian dalam tiap do’a
dan harapanku.
Satu
hal yang kadang aku malu mengungkapkannya, “Aku
sayang mamah dan bapak” kata
itu yang aku malu mengatakan. Padahal dalam hati ini serasa ingin
ungkapkan tapi.... hmmm lagi-lagi egoku yang dinomersatukan. Tapi
menurutku, yang terpenting adalah Sikap kita pada mereka.. walau tak
mengucap kata tapi perilaku akan selalu membuat mereka bahagia jika
kita berakhlak sesuai dengan sopan santun dan ajaran Islam.
“Terimakasih
mah, pak” kata
itu yang ingin selalu aku katakan pada mereka. Jasa dan materi telah
tak terhitung yang kalian berikan padaku. Mama mungkin seringkali
merendahkan dirinya, tapi bagiku mamah adalah yang nomer satu. Mah,
kau selalu memberikanku semangat untuk mendekatkan diri pada Allah
SWT, kau senantiasa melakukan hal-hal yang tak dilakukan orang lain.
Mah, aku sangat menyayangimu, didikanmu akan selalu aku ingat dan
semoga dapat selalu aku amalkan. Tapi maaf mah, karena aku belum bisa
menjadi hafidzah yang mamah harapkan.
Bapak,
aku rindu kala kau memanggul diriku diatas pundaknya. Sambil bergurau
kau membawaku ke tempat tetangga, hingga aku berteriak supaya
diturunkan karena malu. Kala kau membangunkanku untuk shalat shubuh
berjama’ah, aku seringkali malas untuk bangun namun dengan
kelembutannya, ia pun membopongku hingga musholla. Sungguh bapak
selalu begitu baik pada aku, dan semua anaknya. Terimakasih pak...
dituliskan oleh Rizqi Nurjannah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar