Jumat, 15 Juni 2012

FAHAMI JILBAB dalam KACA MATA ISLAM



Wahai para muslimah dan terutama para muslimah,, judul di atas saya angkat karena di zaman modern ini, ada sebagian orang yang menganggap bahwa jilbab itu bukan berasal dari ajaran Agama Islam. Benarkah demikian??
Untuk itu, penulis mengajak untuk bersama-sama menggali pengertiannya serta dasar-dasar yang terdapat dalam Al-Qur’an sebagai pokok landasan dalam berpijaknya seorang muslim dalam menjalankan syari’at islam...
Bagi saudariku, semoga kita semua diberikan hidayah Allah SWT agar senantiasa istiqamah mengenakan jilbab kita sebagai tanda untuk mengabdi pada Ilahi, dan demi menjaga kehormatan diri.. Amiin...
Bagi para saudaraku, semoga kalian dapat menjaga pandangan kalian jika kami para muslimah menjaga aurat kami..

Sungguh,, Allah SWT telah menurunkan syari’atnya yang mulia kepada kita umat manusia. Seandainya semua manusia menyadarinya, sungguh kehormatan manusia akan senantiasa dijunjung tinggi oleh tiap manusia....
Selamat membaca, semoga Allah SWT menguatkan iman kita..
A.    Pengertian Jilbab
Jilbab dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah baju kurung yang longgar, dilengkapi dng (sic: dengan) kerudung yang menutupi kepala, sebagian muka dan dada.  Kata jilbab adalah kata serapan dari bahasa Arab. Kamus Munawwir tidak menyebutkan kata jilbab namun dengan bentuk fi’il khumasiy (fi’il yang terdiri dari 5 huruf) yaitu tajalbaba (memakai baju kurung panjang, jubah).
Dalam kitab kamus Al-Muhith jilbab adalah:
الْجِلْبَابُ كَسَرْدَابٍ وَ سِمَارٍ_ : الْقَمِيْصُ وَ ثَوْبٌ وَاسِعٌ لِلْمَرْأَةِ دُوْنَ الِملْحَفَةِ أَوْ مَا تَغَطَّى بِهِ ثِيَابُهَابِهَا مِنْ فَوْقٍ كَالْمِلْحَفَةِ أَوْ هُوَ الْخِمَارُ وَجَلْبَبَهُ فَتُجَلْبِبُ وَ الْمِلْكُ 
 “Jilbab itu seperti terowongan dan lorong_ : yaitu kemeja atau gamis atau baju, pakaian yang lebar bagi perempuan selain pakaian panjang sampai paha atau sesuatu yang dengannya bajunya tertutup dari atas seperti mantel atau selimut atau dia adalah kerudung dan (seseorang) memakai jilbab dengannya (kerudung) sehingga (menggunakan kata) tujalbibu wal- milku.” 

Kata jilbab dalam kamus Al-Munjid adalah sebagai berikut:
جلبب و تتجلبب : ألبسه و لبس الجلباب و الجلباب. ج جلابيب : القميص أو الثوب الواسع 
“Jalbaba dan Tajalbaba : menutupi dan memakai jilbab. Bentuk jama’nya adalah jalaabiib : kemeja atau gamis atau baju atau  pakaian yang luas”
Dalam kitab Tafsir Rawai’ul Bayan, Muhammad Ali Ash-Shabuniy menuliskan beberapa makna jilbab dan mengambil kesimpulan bahwa jilbab adalah:
الجلباب هو الذي يستر جميع بدن المرأة , وهو يشبه الملاءة (الملحفة) المعروفة في زمننا ,...
 “Jilbab adalah sesuatu yang menutup semua badan perempuan, dan dia itu menyerupai baju panjang yang menutupi sampai paha (mantel) yang telah dikenal pada zaman kita...”.
B.    Dalil-dalil tentang Jilbab dalam Al-Qur’an
Pembahasan tentang konsep jilbab berhubungan berhubungan dengan aturan pakaian wanita dalam Islam serta batasan aurat wanita. Diantara dalil Al-Qur’an yang berkaitan dengan masalah tersebut adalah surat An-Nuur (24): 30-31, 60 dan surat Al-Ahzab (33): 32-33, 53, 59.
Adapun redaksi ayat-ayat tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Surat An-Nuur (24): 30-31
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ (30) وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (31)
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangan, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”(30). “Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”(31)

2.    Surat An-Nuur (24): 60
وَالْقَوَاعِدُ مِنَ النِّسَاءِ اللَّاتِي لَا يَرْجُونَ نِكَاحًا فَلَيْسَ عَلَيْهِنَّ جُنَاحٌ أَنْ يَضَعْنَ ثِيَابَهُنَّ غَيْرَ مُتَبَرِّجَاتٍ بِزِينَةٍ وَأَنْ يَسْتَعْفِفْنَ خَيْرٌ لَهُنَّ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (60)
“Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi). Tiadalah atas mereka dosa meninggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

3.    Surat Al-Ahzab (33): 32-33
يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَعْرُوفًا (32) وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا (33)
“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik”(32) dan hendaklah kamu tetap di rumah-rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ta’atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.”(33)    

4.    Surat Al-Ahzab (33): 53
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتَ النَّبِيِّ إِلَّا أَنْ يُؤْذَنَ لَكُمْ إِلَى طَعَامٍ غَيْرَ نَاظِرِينَ إِنَاهُ وَلَكِنْ إِذَا دُعِيتُمْ فَادْخُلُوا فَإِذَا طَعِمْتُمْ فَانْتَشِرُوا وَلَا مُسْتَأْنِسِينَ لِحَدِيثٍ إِنَّ ذَلِكُمْ كَانَ يُؤْذِي النَّبِيَّ فَيَسْتَحْيِي مِنْكُمْ وَاللَّهُ لَا يَسْتَحْيِي مِنَ الْحَقِّ وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ وَمَا كَانَ لَكُمْ أَنْ تُؤْذُوا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا أَنْ تَنْكِحُوا أَزْوَاجَهُ مِنْ بَعْدِهِ أَبَدًا إِنَّ ذَلِكُمْ كَانَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمًا (53)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dan tidak menunggu-nunggu waktu masak (masakannya) tetapi jika kamu diundang maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) rasulullah dan tidak (pula) mengawini isteri-isterinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah.”

5.    Surat Al-Ahzab (33): 59
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (59)
“Hai nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah SWT adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...