Sabtu, 22 September 2012

Antologi Surat Pribadi





                                                     Cermin Hatiku
(Antologi Surat Pribadi Pelajar Kreatif)
Oleh: Rizqi Nurjannah
Semangat pagi say, pa kabar hari ini??? Itulah sapaan terindah yang ingin kuberikan pada sahabat terbaikku yakni diriku sendiri.
Menulis keadaan diri dalam secarik kertas, atau menekankan ujung jari pada keyboard komputer bukanlah sebuah hal yang sulit. Mengapa? Karena tulisan dapat menjadi sebuah bentuk curahan, bahkan teriakan isi hati seseorang pada dirinya sendiri atau pada siapapun. Goresan itu akan sangat bermakna jika kau telah meninggalkan masa lalu.
Hidup kita berada dalam masa sekarang, sedang masa lalu adalah masa yang telah kita lalui, jika masa lalu ingin tetap terkenang di masa sekarang maka hendaklah masa lalu itu adalah hal yang berkesan, Nah... satu hal yang dapat menjadikan masa lalu menjadi sebuah kesan yang mengagumkan adalah jika ia tertuliskan dalam catatan harian.
Aku memang belum sepenuhnya hobi menuliskan cacatan harian, namun tak ada salahnya jika aku mengawali hobiku ini dengan bercerita tentang manfaat buku harian. Tak apa kan teman?? ^_^
Usai aku menonton Ayane (Film Korea yang diadopsi dari catatan harian seorang anak yang sakit dan mengakhiri hidup dalam usia yang sangat belia) maka hatiku pun terketuk untuk segera bersemangat tuk tumbuhkan semangat menulis lagi. Betapa tulisan akan dapat membuat orang sedih, tertawa, mendapat pencerahan atau petunjuk, bahkan dapat membuat orang terperosok ke dalam jurang kehinaan. Aku mulai mengingat memoriku saat SMA dulu,.
Seorang penulis ternama telah memberikan gebrakan dasar bagi kami (Para Jurnalis/ Advokat Pemula). Ya, aku bilang begitu karena aku bergabung dalam “Pelatihan Jurnalistik Advokatif Pelajar (PJAP)” yang diadakan bidang PIP PW IRM Yogyakarta saat itu. Walau hanya 7 orang peserta, namun acara tersebut dapat aku ikuti hingga selesai, sungguh mengesankan. Disana memang diajari materi tentang advokasi, suka duka menjadi advokat, praktek menulis berita, dan materi yang paling aku kenang hingga sekarang adalah materi tentang Menumbuhkan JIWA PENULIS.. Namun na’as, karena jiwa Penulisku setelah berselang beberapa waktu pun mulai menghilang kembali. Dan kini, aku ingin menumbuhkannya kembali. “Menulis adalah Latihan, bukan Bakat atau Takdir, tapi MURNI LATIHAN” Ingat itu baik-baik.
Cover yang terpampang di depan adalah hasil jerih payah kami para jurnalis Pemula (dulu sempat akan menamakan diri sebagai “Just Avocado”) yang diprakarsai oleh penulis ternama ka Fahd Djibran. Dia mau mengajak kita menulis buku itu karena ia sangat terkesan dengan gurunya yang pertama kali mengajarkannya menulis buku. Gurunya menantangnya untuk menulis buku, dan ia menyanggupi. Maka konsekwensi berikutnya adalah mau berusaha memenuhi deadline yang telah disepakati. Sehingga ia pun mulai rajin menulis buku. Begitulah saat ia mengajar. Ia mencontohkan tulisan yang termudah adalah tulisan tentang Catatan Harian.
   Buku Antologi Curahan hati seseorang itu tersusun dari banyak tulisan. Para penulisnya adalah: Yunis Arifah R, Rizqi Nurjannah, Vie, Kuspriyanti, Nida Ismira Tuangke, Rizki Febriyani, Sofia Rahmawati, Ratririani Sekar Palupi, Raedi Hasan Ashshiddiqie, Lika, Ahmad Alfi Ashshiddiqie, Agus Suroyo, Lathifah Al Hakimi, Ari Widiastuti, Amalia Amrina, Irmawan Marjuansyah, Nur Arina Hidayati, Efti Larasati, Nadia Adibie, Ariati Dina Puspitasari, dan Nurullaely Na’imah. Kata Pengantar di tuliskan oleh Ketua Umum PW IRM DIY yakni Aad Satria Permadi dengan judul “Surat untuk diri Sendiri: Sebuah Usaha untuk Jujur Bertutur” dan dituliskan pula oleh Ketua Panitia PJAP yakni Irmawan Marjuansyah dengan judul “Menulis sebagai Advokasi Diri”. Banyak harapan yang ka Fahd lontarkan kepada kami, diantaranya adalah agar kita istiqomah untuk menulis. Dan penerbitan ini dibantu oleh Penerbit Juxtapose.
Halaman kedua setelah cover, ka Fahd menuliskan JENDELA IDE dari penerbit, isinya mengigatkan kita semua pada satu tujuan mereka... selengkapnya adalah sebagai berikut;
Jendela ide adalah lini penerbitan juxtapose yang mengakomodasi komunitas-komunitas kreatif anak muda untuk menerbitkan karya-karyanya ke dalam bentuk buku yang dapat diapresiasi publik. Lini ini adalah komitmen kami untuk mendorong anak-anak muda kreatif dalam mengaktualisasikan idealisme berkaryanya tanpa harus tergerus dalam pragmatisme pasar.   
Sungguh, aku ingin menumbuhkan semangat menulis itu lagi, yah minimal semangat untuk jujur pada diri sendiri (^_^ dengan menulis surat pribadi teruntuk diri sendiri). Oleh karenanya, mungkin tak ada salahnya aku tuliskan cuplikan “headline” yang dituliskan dalam buku Cermin Hatiku ini...
“Padahal, sulit sekali untuk jujur pada diri sendiri, apalagi sampai pada tahap koreksi dan refleksi seperti ini. Mereka luar biasa!” _Fahd Djibran, Penulis & Pemred Juxtapose.
“Surat untuk diri sendiri adalah media yang baik untuk membangkitkan keberanian untuk mengakui kekurangan” _Aad Satria permadi, KetuaPW IRM DIY
“... kami juga telah melahirkan sebuah komunitas yang siap melakukan sebuah perubahan untuk generasinya saat ini” _ Irmawan marjuansyah, Ketua Panitia PJAP PW IRM DIY
“Sob, kayaknya kamu punya banyak kebiasaan yang kurang baik deh! Makanya dari sekarang ayo kamu ‘biasakan kebenaran, jangan benarkan kebiasaan’ Hidup adalah perjuangan sob, dan Allah suka orang yang bersungguh-sungguh (berjihad) ” _Yunis Arifah
“Hidup itu perlu proses, jangan pernah kau menyalahkan dirimu sendiri karena manusia tak ada yang sempurna. Tak ada satupun hal yang dapat berubah secepat cahaya” _Rizqi Nurjannah
“kelebihanmu bisa mengimbangi kekuranganmu. Ketahuilah, kelebihan yang kamu miliki belum tentu orang lain juga memilikinya. Manusia diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, tak ada manusia yang sempurna. ”­_Vie
“Suatu kebahagiaan sejati akan terungkap jika kita bisa saling mencintai, berbagi dan saling menghargai orang yang bisa menerima kita apa adanya.”_Kuspriyanti
“Tidak ada kata menyerah dalam dirimu untuk terus berjuang demi negri ini. Bila kau merasa letih, aku faham. Itu sangat manusiawi. Tapi ingatlah, allah selalu ada di dekatmu, Dialah yang memberimu segala ilmu hingga kau mampu berfikir dan melakukan apapun. ”_Nadia Adibie
“balaslah ke-luarbiasaan-Nya dengan keluarbiasaanmu, sejauh kamu bisa, seluas kamu mampu. Karena dia telah memberimu itu! Wahai kau, diriku, hanya untukmu, hambaNya! ”_Nida Ismira Tuangke    
“semangat! Cayo! Songsong masa depanmu dengan penuh senyuman dan usaha yang kuat karena di depan sana ada kesuksesan telah menunggumu” _Rizki Febriyani
“Sadarkah kau bahwa masa kecilmu tidak pernah lepas dari segudang masalah yang kau anggap itu besar? Namun ternyata masalah-masalah itu membuatmu bercermin dan semakin memaknai arti kehidupan. Dunia memberikan kekuatan untuk terus menjadi bagiannya yang terhebat. Keberadaanmu membuat dunia tidak sewarna. ” _Sofia Rahmawati
“Kejarlah dan taklukkanlah dunia, tapi jangan lupa untuk mengejar akhirat agar semuanya seimbang. Tutuplah lembaran hitam dalam langkahmu.mulailah dengan kertas putih dan goreskan dengan keikhlasan dalam menjalani hari-harimu. ” _Ratririani Sekar palupi
“Setiap saat kau membaca, beraneka ragam buku, dan dari buku-buku itulah kau belajar tuk mendengarkan orang lain, tapi mengapa kau tak pernah belajar untuk mendengarkan dirimu sendiri?” _Raedi Hasan Ashshiddiqie
“tata ulanglah impian-impianmu, belajarlah untuk fokus menggapainya. Berjuanglah! Walaupun hasilnya nanti tak semuanya sempurna, walau bukan bintang yang nantinya kau gapai... ”__Lika
“Aku adalah raja atas diriku sendiri, aku berasal dari sebuah kerajaan yang penuh kemerdekaan. Karena disanalah aku bertindak berdasarkan kehendak diri yang terbimbing oleh nurani yang suci. Tak seperti kerajaan di mana aku sering berkunjung kesana.” _Ahmad Alfi Ashshiddiqie
“Wahai diriku, berjuanglah untuk masa depanku. Curahkanlah air mata dan setetes darah perjuangan untuk sebuah kebahagiaan diriku.” _Agus Suroyo
“Kini bebaskan semua yang mengikatmu dengan erat dalam pekat agar langkahmu tak lagi berat. Tak usah pedulikan lambaian diujung kegelapan. Biarkanlah cahayaNya menembus jendela jiwa, memenuhinya hingga sudut sukma.” _Lathifah Al Hakimi
“Jangan juga suka ngomong yang nggak-nggak, jangan kayak yang laen. Kamu harus jadi orang yang beda, nggak usah ikut-ikutan.” _Ari Widiastuti
“Dan kini aku mulai merasa ketakutan ketika mengingat waktu yang terus berputar. Ketika mengingat deadline-deadline dalam hidupku yang belum sempat terpenuhi.” _Amalia Amrina
“Berjuanglah terus kawan, sesungguhnya Allah telah menunjukkan jalan yang terang bagi hamba-hambaNya yang beriman, bertaqwa dan berjuang membela agamaNya.” _Irmawan Marjuansyah
“sesekalio aku menarik diri dari segala rutinitas yang ada, aku tarik langkahku dari segala kemewahan dan kesenangan yang ada, agar aku bisa membaca apa yang aku rasakan dan aku renungkan.” _Nur Arina Hidayati
“Hidup ini hanya sekali, dan selalu ada arti di dalamnya. So, Jalani hidup ini, dan buat dia jadi lebih berarti” _Efti Larasati
“Sebagai seorang wanita, seharusnya kamu menyadari betapa berharganya dirimu. Kata temanku, tanganmu mampu menjaga banyak anak bersamaan, kamu bisa mengatasi banyak hal yang luar biasa. Sekilas memang kau terlihat rapuh, tapi itu bukan rapuh, itu adalah air mata” _Ariati Dina Puspitasari
“kembalilah sahabat menjadi dirimu sendiri. Keceriaanmu seolah sirna terenggut masa, kehangatanmu terasa redup oleh sang kabut.” ­_Nurullaely Na’imah
Dan terakhir, di halaman belakang sendiri, ada tulisan dari Ka Aad, selaku Ketua PW IRM DIY waktu itu,
“sudah menjadi kecenderungan manusia untuk membenarkan apa yang dilakukannya, sekalipun apa yang dilakukannya salah. Hal ini karena fikiran manusia bersifat ‘mencari keselarasan’. Pakar psikologi kognitif menyebutnya sebagai ‘konsonansi kognitif’ –atau rasionalisasi dalam pandangan psikoanalisis (psikologi ketidaksadaran), usaha ‘menipu diri sendiri secara masuk akal’. Ketakutan mengakui kelemahan diri di depan orang banyak adalah akar dari semuanya. Semoga buku ini bisa menjadi renungan dan evaluasi diri tentang diri masing-masing kita. Renungan dan evaluasi tentang diri sendiri yang bersumber dari kejujuran tentu akan membantu siapa saja mengenal dirinya sendiri.”
 Demikianlah uraian tentang Cermin hatiku... Semoga dapat memberi inspirasi bagiku dan bagi kalian semua sahabatku yang kusayangi. Teruslah berkarya dan berjuang demi tegaknya kalimat Ilahi.
Nuun Wal-Qalami Wa Maa Yasthuruun.
Kupersembahkan untuk Just Avocado, para aktivis IPM dan para alumni IRM.. ^_^ mari kita cintai Kalam Ilahi tuk mengungkapkan segala pengetahuan duniawi.


1 komentar:

  1. aku pernah baca buku antologi ini, pas mas juan bawa... tapi bacanya sebentar soalnya bukunya mau di bawa mas juan pulang ke jogja

    BalasHapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...