Oleh: Rizqi Nurjannah
Semangat pagi say, pa kabar hari ini??? Itulah sapaan
terindah yang ingin kuberikan pada sahabat terbaikku yakni diriku sendiri.
Menulis keadaan diri dalam secarik kertas, atau
menekankan ujung jari pada keyboard komputer bukanlah sebuah hal yang
sulit. Mengapa? Karena tulisan dapat menjadi sebuah bentuk curahan, bahkan
teriakan isi hati seseorang pada dirinya sendiri atau pada siapapun. Goresan
itu akan sangat bermakna jika kau telah meninggalkan masa lalu.
Hidup kita berada dalam masa sekarang, sedang masa lalu
adalah masa yang telah kita lalui, jika masa lalu ingin tetap terkenang di masa
sekarang maka hendaklah masa lalu itu adalah hal yang berkesan, Nah... satu hal
yang dapat menjadikan masa lalu menjadi sebuah kesan yang mengagumkan adalah
jika ia tertuliskan dalam catatan harian.
Aku memang belum sepenuhnya hobi menuliskan cacatan
harian, namun tak ada salahnya jika aku mengawali hobiku ini dengan bercerita
tentang manfaat buku harian. Tak apa kan teman?? ^_^
Usai aku menonton Ayane (Film Korea yang diadopsi dari
catatan harian seorang anak yang sakit dan mengakhiri hidup dalam usia yang
sangat belia) maka hatiku pun terketuk untuk segera bersemangat tuk tumbuhkan
semangat menulis lagi. Betapa tulisan akan dapat membuat orang sedih, tertawa, mendapat
pencerahan atau petunjuk, bahkan dapat membuat orang terperosok ke dalam jurang
kehinaan. Aku mulai mengingat memoriku saat SMA dulu,.
Seorang penulis ternama telah memberikan gebrakan dasar
bagi kami (Para Jurnalis/ Advokat Pemula). Ya, aku bilang begitu karena aku
bergabung dalam “Pelatihan Jurnalistik Advokatif Pelajar (PJAP)” yang diadakan
bidang PIP PW IRM Yogyakarta saat itu. Walau hanya 7 orang peserta, namun acara
tersebut dapat aku ikuti hingga selesai, sungguh mengesankan. Disana memang
diajari materi tentang advokasi, suka duka menjadi advokat, praktek menulis
berita, dan materi yang paling aku kenang hingga sekarang adalah materi tentang
Menumbuhkan JIWA PENULIS.. Namun na’as, karena jiwa Penulisku setelah berselang
beberapa waktu pun mulai menghilang kembali. Dan kini, aku ingin menumbuhkannya
kembali. “Menulis adalah Latihan, bukan Bakat atau Takdir, tapi MURNI LATIHAN”
Ingat itu baik-baik.
Cover yang terpampang di depan adalah hasil jerih payah
kami para jurnalis Pemula (dulu sempat akan menamakan diri sebagai “Just
Avocado”) yang diprakarsai oleh penulis ternama ka Fahd Djibran. Dia
mau mengajak kita menulis buku itu karena ia sangat terkesan dengan gurunya
yang pertama kali mengajarkannya menulis buku. Gurunya menantangnya untuk
menulis buku, dan ia menyanggupi. Maka konsekwensi berikutnya adalah mau
berusaha memenuhi deadline yang telah disepakati. Sehingga ia pun mulai rajin
menulis buku. Begitulah saat ia mengajar. Ia mencontohkan tulisan yang termudah
adalah tulisan tentang Catatan Harian.
Buku Antologi
Curahan hati seseorang itu tersusun dari banyak tulisan. Para penulisnya
adalah: Yunis Arifah R, Rizqi Nurjannah, Vie, Kuspriyanti, Nida Ismira Tuangke,
Rizki Febriyani, Sofia Rahmawati, Ratririani Sekar Palupi, Raedi Hasan
Ashshiddiqie, Lika, Ahmad Alfi Ashshiddiqie, Agus Suroyo, Lathifah Al Hakimi,
Ari Widiastuti, Amalia Amrina, Irmawan Marjuansyah, Nur Arina Hidayati, Efti
Larasati, Nadia Adibie, Ariati Dina Puspitasari, dan Nurullaely Na’imah. Kata
Pengantar di tuliskan oleh Ketua Umum PW IRM DIY yakni Aad Satria Permadi
dengan judul “Surat untuk diri Sendiri: Sebuah Usaha untuk Jujur Bertutur” dan
dituliskan pula oleh Ketua Panitia PJAP yakni Irmawan Marjuansyah dengan judul
“Menulis sebagai Advokasi Diri”. Banyak harapan yang ka Fahd lontarkan kepada
kami, diantaranya adalah agar kita istiqomah untuk menulis. Dan penerbitan ini
dibantu oleh Penerbit Juxtapose.
Halaman kedua setelah cover, ka Fahd menuliskan JENDELA
IDE dari penerbit, isinya mengigatkan kita semua pada satu tujuan mereka...
selengkapnya adalah sebagai berikut;
Jendela ide adalah lini penerbitan juxtapose yang
mengakomodasi komunitas-komunitas kreatif anak muda untuk menerbitkan
karya-karyanya ke dalam bentuk buku yang dapat diapresiasi publik. Lini ini
adalah komitmen kami untuk mendorong anak-anak muda kreatif dalam
mengaktualisasikan idealisme berkaryanya tanpa harus tergerus dalam pragmatisme
pasar.
Sungguh, aku ingin menumbuhkan semangat menulis itu lagi,
yah minimal semangat untuk jujur pada diri sendiri (^_^ dengan menulis surat
pribadi teruntuk diri sendiri). Oleh karenanya, mungkin tak ada salahnya aku
tuliskan cuplikan “headline” yang dituliskan dalam buku Cermin Hatiku
ini...
“Padahal, sulit sekali untuk jujur pada diri sendiri,
apalagi sampai pada tahap koreksi dan refleksi seperti ini. Mereka luar biasa!”
_Fahd Djibran, Penulis & Pemred
Juxtapose.
“Surat untuk diri sendiri adalah media yang baik untuk
membangkitkan keberanian untuk mengakui kekurangan” _Aad Satria permadi, KetuaPW IRM DIY
“... kami juga telah melahirkan sebuah komunitas yang
siap melakukan sebuah perubahan untuk generasinya saat ini” _ Irmawan
marjuansyah, Ketua Panitia PJAP PW IRM
DIY
“Sob, kayaknya kamu punya banyak kebiasaan yang kurang
baik deh! Makanya dari sekarang ayo kamu ‘biasakan kebenaran, jangan
benarkan kebiasaan’ Hidup adalah perjuangan sob, dan Allah suka orang yang
bersungguh-sungguh (berjihad) ” _Yunis Arifah
“Hidup itu perlu proses, jangan pernah kau menyalahkan
dirimu sendiri karena manusia tak ada yang sempurna. Tak ada satupun hal yang
dapat berubah secepat cahaya” _Rizqi Nurjannah
“kelebihanmu bisa mengimbangi kekuranganmu. Ketahuilah,
kelebihan yang kamu miliki belum tentu orang lain juga memilikinya. Manusia
diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, tak ada manusia yang
sempurna. ”_Vie
“Suatu kebahagiaan sejati akan terungkap jika kita bisa
saling mencintai, berbagi dan saling menghargai orang yang bisa menerima kita
apa adanya.”_Kuspriyanti
“Tidak ada kata menyerah dalam dirimu untuk terus
berjuang demi negri ini. Bila kau merasa letih, aku faham. Itu sangat
manusiawi. Tapi ingatlah, allah selalu ada di dekatmu, Dialah yang memberimu
segala ilmu hingga kau mampu berfikir dan melakukan apapun. ”_Nadia Adibie
“balaslah ke-luarbiasaan-Nya dengan keluarbiasaanmu,
sejauh kamu bisa, seluas kamu mampu. Karena dia telah memberimu itu! Wahai kau,
diriku, hanya untukmu, hambaNya! ”_Nida Ismira Tuangke
“semangat! Cayo! Songsong masa depanmu dengan penuh
senyuman dan usaha yang kuat karena di depan sana ada kesuksesan telah
menunggumu” _Rizki Febriyani
“Sadarkah kau bahwa masa kecilmu tidak pernah lepas dari
segudang masalah yang kau anggap itu besar? Namun ternyata masalah-masalah itu
membuatmu bercermin dan semakin memaknai arti kehidupan. Dunia memberikan
kekuatan untuk terus menjadi bagiannya yang terhebat. Keberadaanmu membuat
dunia tidak sewarna. ” _Sofia Rahmawati
“Kejarlah dan taklukkanlah dunia, tapi jangan lupa untuk
mengejar akhirat agar semuanya seimbang. Tutuplah lembaran hitam dalam
langkahmu.mulailah dengan kertas putih dan goreskan dengan keikhlasan dalam
menjalani hari-harimu. ” _Ratririani Sekar palupi
“Setiap saat kau membaca, beraneka ragam buku, dan dari
buku-buku itulah kau belajar tuk mendengarkan orang lain, tapi mengapa kau tak
pernah belajar untuk mendengarkan dirimu sendiri?” _Raedi Hasan Ashshiddiqie
“tata ulanglah impian-impianmu, belajarlah untuk fokus
menggapainya. Berjuanglah! Walaupun hasilnya nanti tak semuanya sempurna, walau
bukan bintang yang nantinya kau gapai... ”__Lika
“Aku adalah raja atas diriku sendiri, aku berasal dari
sebuah kerajaan yang penuh kemerdekaan. Karena disanalah aku bertindak
berdasarkan kehendak diri yang terbimbing oleh nurani yang suci. Tak seperti
kerajaan di mana aku sering berkunjung kesana.” _Ahmad Alfi Ashshiddiqie
“Wahai diriku, berjuanglah untuk masa depanku.
Curahkanlah air mata dan setetes darah perjuangan untuk sebuah kebahagiaan
diriku.” _Agus Suroyo
“Kini bebaskan semua yang mengikatmu dengan erat dalam
pekat agar langkahmu tak lagi berat. Tak usah pedulikan lambaian diujung
kegelapan. Biarkanlah cahayaNya menembus jendela jiwa, memenuhinya hingga sudut
sukma.” _Lathifah Al Hakimi
“Jangan juga suka ngomong yang nggak-nggak, jangan kayak
yang laen. Kamu harus jadi orang yang beda, nggak usah ikut-ikutan.” _Ari
Widiastuti
“Dan kini aku mulai merasa ketakutan ketika mengingat
waktu yang terus berputar. Ketika mengingat deadline-deadline dalam hidupku
yang belum sempat terpenuhi.” _Amalia Amrina
“Berjuanglah terus kawan, sesungguhnya Allah telah
menunjukkan jalan yang terang bagi hamba-hambaNya yang beriman, bertaqwa dan
berjuang membela agamaNya.” _Irmawan Marjuansyah
“sesekalio aku menarik diri dari segala rutinitas yang
ada, aku tarik langkahku dari segala kemewahan dan kesenangan yang ada, agar
aku bisa membaca apa yang aku rasakan dan aku renungkan.” _Nur Arina
Hidayati
“Hidup ini hanya sekali, dan selalu ada arti di dalamnya.
So, Jalani hidup ini, dan buat dia jadi lebih berarti” _Efti Larasati
“Sebagai seorang wanita, seharusnya kamu menyadari betapa
berharganya dirimu. Kata temanku, tanganmu mampu menjaga banyak anak bersamaan,
kamu bisa mengatasi banyak hal yang luar biasa. Sekilas memang kau terlihat
rapuh, tapi itu bukan rapuh, itu adalah air mata” _Ariati Dina Puspitasari
“kembalilah sahabat menjadi dirimu sendiri. Keceriaanmu
seolah sirna terenggut masa, kehangatanmu terasa redup oleh sang kabut.” _Nurullaely
Na’imah
Dan terakhir, di halaman belakang sendiri, ada tulisan
dari Ka Aad, selaku Ketua PW IRM DIY waktu itu,
“sudah menjadi kecenderungan manusia untuk membenarkan
apa yang dilakukannya, sekalipun apa yang dilakukannya salah. Hal ini karena
fikiran manusia bersifat ‘mencari keselarasan’. Pakar psikologi kognitif
menyebutnya sebagai ‘konsonansi kognitif’ –atau rasionalisasi dalam pandangan
psikoanalisis (psikologi ketidaksadaran), usaha ‘menipu diri sendiri secara
masuk akal’. Ketakutan mengakui kelemahan diri di depan orang banyak adalah
akar dari semuanya. Semoga buku ini bisa menjadi renungan dan evaluasi diri
tentang diri masing-masing kita. Renungan dan evaluasi tentang diri sendiri
yang bersumber dari kejujuran tentu akan membantu siapa saja mengenal dirinya
sendiri.”
Demikianlah uraian
tentang Cermin hatiku... Semoga dapat memberi inspirasi bagiku dan bagi kalian
semua sahabatku yang kusayangi. Teruslah berkarya dan berjuang demi tegaknya
kalimat Ilahi.
Nuun Wal-Qalami Wa Maa Yasthuruun.
Kupersembahkan untuk Just Avocado, para aktivis IPM dan
para alumni IRM.. ^_^ mari kita cintai Kalam Ilahi tuk mengungkapkan segala
pengetahuan duniawi.
aku pernah baca buku antologi ini, pas mas juan bawa... tapi bacanya sebentar soalnya bukunya mau di bawa mas juan pulang ke jogja
BalasHapus