Minggu, 30 September 2012

Ringkasanku pada Kultum ustadz Syatibi; Sejarah Singkat Berdirinya PUTM


SEJARAH BERDIRINYA PENDIDIKAN ULAMA TARJIH MUHAMMADIYAH
Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah telah resmi berdiri pada tahun 1968. Namun demikian, tidak secara tiba-tiba PUTM ini didirikan melainkan melalui masa yang cukup panjang. Sejarah ini diceritakan oleh Al-Mukarram Ustadz Syatibi pada setiap kultum ba’da shalat di PUTM Putri hari ini. Beliau adalah alumni PUTM pertama yang kini masih mengabdikan diri menjadi ustadz di PUTM.
Awalnya, Ustadz Syatibi dan 6 orang teman sebayanya mengaji bersama bapak KRH. Hadjid di masjid yang telah beliau bangun yakni masjid At-Taqwa, Ngipiksari pada tahun 1964 ketika bulan Ramadhan. Mereka mengaji setiap ba’da shalat wajib (5 kali sehari). Kitab yang dikaji adalah kitab Al-Qur’an dan kitab Riyadhus Shalihin. Kedua kitab itu khatam dipelajari oleh mereka.
Pengajian tersebut mendapatkan perhatian khusus dari bapak KRH. Hadjid selaku mantan ketua Majelis Tarjih kala itu. Harapan beliau, para santrinya mampu menyampaikan kembali apa yang telah diajarkan oleh beliau. Harapan yang lebih besar lagi adalah adanya pemuda yang mampu ikut serta dalam sidang fatwa Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dengan harapan yang besar itulah, bapak Kyai Umar Effendy, bapak Kyai Wardan Diponingrat, bapak Kyai .... bersama bapak KRH. Hadjid berempug (berdiskusi) membicarakan untuk dibentuknya sebuah lembaga pendidikan yang dapat mencapai tujuan tersebbut.
Dengan kesungguhan bapak-bapak Kyai tersebut, maka PUTM pun dapat didirikan. Syaratnya, sistem pendidikannya itu tidak sama dengan sistem pendidikan pada umumnya di perguruan tinggi. Yaitu, HARUS ASRAMA. Alasannya, pendidikan untuk mempersiapkan calon ulama hendaknya TERKONTROL dalam masalah ibadah dan kedisiplinan. Pendidikan yang harus ditempuh oleh para thalabah adalah wajib shalat lail, wajib shalat secara berjama’ah, wajib melaksanakan puasa senin kamis, tidak boleh izin kuliah karena alasan apa pun. Dengan peraturan yang demikian ketatnya, thalabah angkatan pertama (se-angkatan Ustadz Syatibi) yang awalnya berjumlah 17 orang menjadi 5 thalabah yang lulus hingga akhir pendidikan. Subhanallah..
Kemudian, tugas thalabah hanyalah belajar dan belajar. Mereka tidak diperkenankan meninggalkan kuliah karena alasan apapun, sekalipun izin untuk pengajian. Pengajian yang diizinkan untuk diikuti adalah pengajian malam Selasa yang diadakan oleh PP Muhammadiyah, selain itu hukumnya terlarang jika mengganggu kuliah. Dan thalabah juga harus terfokus belajar di PUTM saja, tidak boleh merangkap kuliah diluar, dan tidak diperkenankan untuk mencari penghasilan. Begitulah yang harus mereka tempuh, sungguh berat perjuangan untuk membentuk calon ulama yang memiliki akidah yang kuat dan ibadah yang hebat. Oleh sebab itu, teruslah berjuang untuk belajar dan mengkaji Islam. Umat menunggumu....
Bersambung.... (Selasa, 9 Dzulqa’dah 1433 H/ 25 September 2012 M)       
SOSOK

 

2 komentar:

  1. waktu.... melemahkan apapun. lapuk. hehe.
    saya juga dulu tertarik masuk putm justru karna cerita "keangkerannya" itu.... semakin diceritakan keangkerannya oleh ustad budi, saya malah semakin exited, tertantang dan rasanya kyk main game perang2,,, seruuu.. hmmm.... alam pikir revivalis memang ada dimana-mana ; pengen menghidupkan yang dulu2...

    BalasHapus
  2. Sipp.. Tulis yg lengkap, wawancarai aj mrk2 yg mmiliki sejarah.. harus ada yg menuliskan sejarah agar pembelajaran generasi berikutnya tidak lepas dari sejarah.. dan itu harus dilakukan oleh orang yg memiliki benang sejarah..

    BalasHapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...