Kamis, 12 April 2012

Perjuangan di Asrama

Hidup Bersama dalam satu Atap ASRAMA

Hidup di asrama memang kadang membawa kebahagiaan, kadang juga nestapa. Jika kita merasa senang maka yang lainnya pun merasakan tapi kalau kita sedang sakit maka teman-teman pun merasakan apa yang kita rasakan. Begitulah sikap empati. Tapi keadaan seperti itu tak mungkin dapat terjalin tanpa adanya komunikasi yang baik. Begitukah?

Ya... jelas seperti itu. Kawan, aku mulai masuk asrama tahun 2004. Aku bukan anak pertama yang terbiasa mandiri dan memiliki adek sehingga mengalah, sebaliknya aku adalah seorang adek yang bisa dibilang manja dan sangat memaksakan kehendak. Jika orang tua memberikan apa saja kepada kedua kakakku maka akupun iri dan merengek-rengek untuk dibelikan juga. Dalam keadaan masih ABG yang baru lulus SD maka aku masuk asrama dengan membawa sifat EGOIS. Terlebih lagi aku susah bergaul dengan komunitas baru yang semua serba asing. Bergabung dengan komunitas baru yang berasal dari segala watak dan keadaan sosiologis mereka. Aku serasa tak betah disana. Seringkali tangisan ini menemani jelang rekreasi ke alam mimpi, hingga esoknya nampak ada kantung mata yang membuatku malu.

Tahun pertama, begitulah keadaanku. Kawan, hidup ini perlu proses. Yah, itulah prinsipnya. Aku yang awalnya introvet dan tertutup mulai menyadari akan pentingnya keterbukaan setelah aku 6 tahun merasakan asrama. Aku yang masih egois mulai menyadari akan pentingnya kerjasama diantara sesama terutama dengan partner se-kamar, se-kelas, se-asrama, dan lingkungan masyarakat.

Aku bisa merasakan BETAH di asrama itu setelah aku bisa menyatu dengan keluarga di asrama. Keluarga baru yang berasal dari semua pulau dan kebudayaan yang masing-masing orang membawanya dari rumah..

Jujur saja,, disana memang ditemui banyak canda yang mengundang nelangsa, tapi banyak juga yang membawa bahagia. Begitu juga tangisan, kadang membawa pada keharuan, namun seringkali membawa pada sebuah kesepian. Sebenarnya kunci dari sebuah komunitas di asrama adalah satu hal yang harus selalu dijaga yakni KOMUNIKASI dan KEPERCAYAAN pada Orang lain. Ada lagi yang perlu kita banahi yaitu HATI..

3 hal itulah yang seharusnya kita tanamkan dalam memulai kehidupan baru di asrama, barsama teman baru, kebiasaan baru. Omongan harus dijaga, perasaan orang lain harus dijaga agar tak merasakan kesedihan akibat lidah yang tak bertulang ini. Ya itulah yang harus dibiasakan.

Hati, kunci semuanya. Dan hati tiap orang pun berbeda-beda maka itulah yang harus kita perhatikan. . . Buka mata, buka telinga, buka pikiran dan buka hati untuk menjadi seorang yang berjiwa besar... belajar menjadi orang di masyarakat, maka belajarlah di asrama... komunitas kecil yang menentukan segalanya di masa yang akan datang...

Bagi teman-temanku semua yang menemaniku semenjak aku masuk asrama hingga kini. Ma’afkan segala ke-egoisanku selama kita bersama. Kusadari bahwa lidah ini belum juga pergi dari kebiasaan buruk namun minimal aku bisa berusaha untuk menjadi lebih baik. Terimakasih atas semua yang telah kalian berikan bagiku,, kesabaran, kelapangan hati dan semua yang membuatku menjadi tabah dan menerima masalah yang kini semakin nyata dalam hidup ini.... Semoga kita dapat dipertemukan kembali.. aku rindu kalian semua... ^_^

Selasa, 3 April 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...