Senin, 30 Januari 2012

Mari Berlatih Mendidik ...

Be a Smart Parents...
Belajar Membentuk Karakter Positif Anak
Saudaraku,,, Ibu merupakan guru pertama bagi anak, karena ibu memiliki kedekatan psikologis dengan anak. Selain ibu, pembentukan karakter anak juga dipengaruhi oleh pola kehidupan keluarga, lingkungan sekitar seperti pengasuh, tetangga, serta pengaruh media informasi (TV, majalah). Masa anak-anak inilah yang paling menentukan karakter anak dimasa yang akan datang.
Lalu, bagaimana apabila guru pertama (ibu dan ayah) saja belum memiliki karakter yang baik?? Maka solusinya adalah teruslah belajar dan perbaiki diri untuk dapat mendidik diri menjadi manusia yang memiliki karakter dan berlatih untuk senantiasa mencontohkan hal yang positif pada anak..
Dewasa ini, telah terbukti akan pentingnya pendidikan karakter. Banyak sekali penelitian mengenai manfaat pendidikan berkarakter. Sebagai contoh, seorang yang telah sarjana dengan predikat akademik (IP) maksimal yakni 4,00 namun ia tak memiliki akhlak yang baik, tak memiliki kejujuran dan rasa tanggung jawab maka ia akan kesulitan mencari pekerjaan. IQ hanya 20 % dalam menentukan kesuksesan, sisanya adalah EQ dan SQ (emosi dan spiritual). Jadi bukan hanya pandai yang diperlukan dalam pendidikan anak, tapi juga karakter (akhlak) yang baik sehingga dapat melahirkan generasi-generasi bermartabat.
Dalam tulisan ini, penulis ingin mentransfer ilmu yang telah disampaikan oleh Ibu Retno Dwiyanti selaku Psikolog dalam acara Parenting day TK dan Play Group Putera Harapan Purwokerto pada hari Sabtu, 5 Rabi’ul Awal 1433 H/ 28 Januari 2012 M di Monumen Jendral Soedirman. Ilmu tentang Pendidikan karakter Anak ini bukanlah teori belaka, namun telah dibuktikan secara nyata oleh pola asuh orang tua yang beragam.. [Ini adalah bekal bagi para calon-calon pendidik di masa mendatang,, insya allah]
Saudaraku,, Yang harus kita ingat selalu bahwa “Watak itu bukan dari sananya (Allah yang telah takdirkan), tapi Watak adalah bentukan pola asuh orang tua dan lingkungan sekitar” karena Allah SWT telah berfirman dalam surat Ar-Ra’du: 11, yang nukilannya berbunyi:إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ “sesungguhnya Allah SWT tidak akan mengubah suatu kaum sampai kaum tersebut mengubah dirinya sendiri.”
Cara Membentuk Generasi ber-Karakter :
1.Tanamkan Rasa Cinta pada Allah SWT
Dalam menanamkan rasa cinta pada Allah SWT, orang tua hendaknya memberikan keteladanan pada anak dalam mencintai Allah SWT. Cinta pada Allah SWT bisa direalisasikan dengan melakukan segala perintahNya dan menjauhi laranganNya. Misalnya; ajak anak bersama-sama ibadah, membiasakan anak dengan mengucap kalimat-kalimat thayyibah (Subhanallah jika melihat hal yang dikagumi, alhamdulillah jika mendapatkan rezeki, innalillahi wa inna ilaihi raji’un jika mendapatkan musibah, dll).
2.Melatih Anak agar Tanggung jawab, Disiplin, Mandiri, Sopan santun, kerjasama, toleransi dan sifat-sifat terpuji lainnya.
Penanaman sifat-sifat terpuji anak memanglah tak mudah, tapi insya Allah dapat dilakukan dengan niat dan usaha yang sungguh-sungguh demi tujuan suci yakni membentuk generasi unggulan. Pada masa anak-anak (balita-6,5 tahun), emosi mereka belum stabil, karena masa ini adalah masa penjelajah dan masa ingin tahu. Berhadapan dengan perilaku anak yang demikian, maka orang tua harus mengahadapinya dengan emosi yang stabil karena inilah yang akan terekam dalam benak mereka. Jika mereka melihat orang tuanya berbohong, maka mereka akan merekam kebohongan itu dalam sifatnya. Begitu juga jika kerabat atau lingkungan keluarganya melakukan sifat-sifat yang tercela maka sifat itu juga akan terekam dalam memori anak. Karena masa ini adalah masa keemasan dalam berfikir.
3.Tanamkan Karakter Optimis
Kemampuan setiap individu itu berbeda. Apabila seorang anak melakukan suatu hal yang positif maka berilah ia penghargaan dengan sebuah pujian agar mereka memiliki sifat optimis. Karena seseorang itu terbentuk dari sebuah KONSEP DIRI. Dan konsep ini dapat terbentuk dari label yang diberikan oleh lingkungan sekitarnya terhadap perilakunya. Misalnya, ketika anak sedang membuat gambar yang ia buat dengan penuh kerja keras lalu ia dengan bangga menunjukkan pada orangtua maka pujilah dan jangan sampai mencelanya. Karena jika orangtua mencela hasil karya anak maka kepercayaan dirinya untuk melanjutkan kreativitas yang sebenarnya ia mampu melakukannya akan segera hilang dan akibatnya anak tidak lagi mau melakukan hal yang kreatif. Na’udzubillah min dzalik.
Antara orangtua dan anak hendaknya memiliki hubungan yang saling menguatkan agar orangtua selalu dapat memberikan arahan-arahan kepada anak jika si anak menentukan pilihan sikap dalam merespon suatu hal. Karena setiap individu pastilah selalu dihadapkan pada beberapa pilihan, tak terkecuali bagi anak-anak. Mereka pun memiliki pilihan, misalnya saja: mereka harus memilih sikap ketika berhadapan dengan orang yang suka berkelahi, apakah ia harus menghindar dari berteman dengannya atau tetap berteman dan bersahabat dengannya. Nah, keputusan anak ini hendaknya dapat selalu diarahkan oleh orang tua. Sehingga tugas orang tua hanyalah mengarahkan “jika kamu begini maka akan berakibat demikian, tapi jika kamu begitu maka akan berakibat demikian”.
Saudaraku,, mari biasakan untuk menghindari kata JANGAN begini, JANGAN begitu karena ini akan melemahkan mental mereka. Dan justru mereka malah melakukan apa yang dilarang kepada mereka.
JIKA ANAK MULAI BERTANYA-TANYA, maka apa jawaban kita sebagai orang tua/ pendidik???
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, usia anak merupakan masa pembentukan, mereka adalah makhluk paling kritis yang selalu ingin tahu semua hal yang baru maka mereka pun akan selalu bertanya kepada orang terdekatnya yakni Ibunya. Maka hendaknya dijawab dengan jujur dan sesuai dengan ilmu. Inilah pentingnya konsep belajar sepanjang hayat, walau telah menjadi orangtua namun harus terus belajar agar ilmu bertambah.
Pertanyaan yang biasanya ditanyakan:
a.Tentang Allah SWT
Jika mereka bertanya tentang Allah, maka jawablah bahwa Allah beristiwa’ (bersemayam) di atas ‘arsy. Namun jika orang tua masih sulit menerangkan tentang ‘Arsy maka hendaknya terangkan kepada mereka dengan logika yang mudah difahami oleh anak. Misalnya, dengan mengajak mereka untuk sholat, siyam, dan ibadah yang lain. Contoh lain adalah dengan mengajak mereka untuk mengenali alam raya. Ajak mereka diskusi tentang penciptaan,
Orang tua (OT): siapa yang menciptakan gunung?
Anak (A): Allah
OT : Allah itu Maha Besar, Maha Pencipta dan Allahtak ada yang menyamai
A: Memangnya Allah itu seperti apa?
OT: Allah itu Tuhan kita, Dia yang menciptakan kita dan Dia tidak sama dengan makhluknya.
A: Lha, emang seperti apa?
OT: kau tahu pembuat kursi?
A: Ya
OT: Nah, apakah tukang pembuat kursi itu sama dengan kursi yang dibuatnya?
A: Tidak,
OT: Nah, begitulah Allah, tidak ada yang menyamai. Dia itu Tuhan yang wajib kita sembah.
A: Gemana cara kita bertemu Allah ?
OT: Jika ingin bertemu Allah maka kau hharus rajin beribadah, berakhlak mulia. Jadi kita harus rajin sholat, puasa, sedekah, dll.
Dengan penjelasan yang demikian maka insya Allah anak akan lebih memahaminya.
b.Tentang Penciptaan manusia (dirinya, kakaknya, adeknya)
Anak-anak memang masih belia, tapi rasa ingin tahu mereka terhadap proses kejadian manusia sangatlah besar. Terlebih karena mereka penasaran tiba-tiba ia dapat memiliki adek. Contoh obrolan mereka dengan ibunya:
A: ma, manusia itu dari mana ? kok tiba-tiba ada?
I: Manusia itu terbuat dari tanah. Nak, kita kan makan sayuran, sayuran itu tumbuh dari tanah. Makan kambing, kambing juga makanannya rumput yang juga tumbuh dari tanah. Nah semua yang kita makan berasal dari tanah, maka kita dulunya juga dari tanah. Begini nak, Allah SWT kan telah menciptakan setan dari api, malaikat dari cahaya dan manusia itu dari tanah. Nah manusia pertama yang diciptakan adalah Adam lalu Hawa.
A: Oh, lah kok bisa ada saya??
I: Ya, kan dulu mama sama papa menikah. Nah orang kalo udah besar (dewasa) itu akan menikah. Kalo udah nikah, nanti punya anak. [lalu kenalkan dengan kehidupan nyata jika ada orang yang menikah, maka anak itu dijelaskan]
Kesimpulannya, jangan sampai orangtua tidak menjawab pertanyaan si anak, karena itu akan berpengaruh pada perkembangan rasa ingin tahunya dimasa yang akan datang. Walau pertanyaannya adalah masalah seks, tapi pendidikan itu harus ditanamkan sejak usia dini. Dan selain memberikan pengetahuan, orang tua juga harus fahamkan nilai-nilai Islam yang mengatur akan diri manusia.
Jangan pernah berfikir “anak tidak akan faham kalau dijelaskan seperti ini”, tapi yakinlah bahwa “ini adalah pengetahuan yang harus diketahui oleh anak”.
Dan teknik dalam menjawab hendaknya mengajak diskusi, hal ini membutuhkan kesabaran dan ketekunan untuk senantiasa mendampingi anak-anak.
Agar Anak tak Suka Pake Senjata ampuh untuk dapatkan yang ia inginkan...
Masa anak memanglah masa yang sangat memaksakan kehendak dan suka menang sendiri (individual tinggi). Nah, jika orang tua dihadapkan dengan masalah anak suka meminta sesuatu yang HARUS DITURUTI dan jika tidak dituruti makaia akan menangis sejadi-jadinya. Maka sikap yang seharusnya dilakukan orangtua adalah memberikan pengertian akan plus minusnya (pertimbangan orang tua dalam menolak keinginan anak). Berusahalah untuk konsekuen, jika telah melarang anak maka jangan berubah fikiran membolehkan karena ia menangis. Jika demikian, ia akan membawa anak kepada kebiasaan NANGIS saat meminta sesuatu.
Dan alangkah lebih smart nya jika si anak mendapatkan prestasi maka perlulah dikasih imbalan materi namun jangan terlalu sering, hanya sesekali saja.
Jika WANITA Karir, lalu bagaimana cara bentuk anak menjadi pribadi berkarakter??
Esensi dari sebuah pendidikan adalah Kualitas mendidik, bukan kuantitas. Apabila ibu hanya memiliki waktu yang singkat dengan anak maka bersikaplah ramah dan menyenangkan dihadapan anak, agar ia merasa dekat dengan ibunya. Jika mereka bercerita dan menunjukkan hasil karyanya maka dengarkan dan beri ia pujian sebagai motivasi untuk menjadi lebih baik. Dan jika mereka diasuh pembantu maka hendaknya ibu berhak memberikan pendidikan terlebih dahulu kepada pembantunya agar ia dapat mendidik anak kita dengan baik..

Demikian tulisan ini, semoga manfaat. Dan dalam penulisan ini, banyak kekeliruan atau kekurangan adalah hal yang manusiawi. Jika ada masukan dan kritikan maka semoga dapat menjadi bahan pelajaran bagi penulis.Maaf jika ada yang tidak berkenan dengan tulisan ini...
Wallahu a’lam..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...